Tetapi, untuk kaligrafi model satu ini –dan kaligrafi lainnya yang sejenis– kaum Muslimin jangan tertipu oleh musang berbulu ayam. Sebab kaligrafi ini pun indah dan dijual bebas di berbagai toko buku. Kaligrafi melingkar ukuran setengah meter persegi ini bagian tengahnya bertuliskan “abana” yang berarti “bapa kami”. Dalam teologi Kristen, kata ini berarti Allah (Allah Bapak). Bila dibaca dengan teliti, maka bacaan yang lengkap adalah “abana alladzi fis-samawati….dst”.
Tanyakanlah kepada ustadz yang hafal Al-Qur‘an, ayat tersebut ada di surat apa dan ayat berapa? Pasti ustadz tersebut akan geleng-geleng kepala seraya menjawab bahwa itu bukan ayat Al-Qur‘an. Jawaban ini tepat sekali, karena kaligrafi ini bukan Al-Qur‘an, tapi ayat Bibel, tepatnya Injil Matius pasal 6 ayat 9-13 yang terjemah Indonesianya demikian:
“Karena itu berdoalah demikian: Bapak kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”
Entah sudah berapa banyak kaum Muslimin yang menghiasi rumahnya dengan ayat Bibel berupa kaligrafi kristiani tersebut, mengingat kaligrafi itu dijual di seluruh Indonesia. Padahal sebutan “Bapak Kami” kepada Allah adalah kesalahan besar yang bertentangan dengan Al-Qur`an surat Al-Ikhlash 1-4.
Begitu mendengar phrase 'arab christians' buat kita-kita yang tidak tahu, akan terlihat sebagai sebuah kata yang membingungkan.
Arab? Christians? Yang bener..
Tanpa ada maksud menyinggung saudara-saudara Ismail kita, banyak yang tidak tahu kalau kekristenan sudah lama ada di Timur Tengah.
Hanya kebetulan kekristenan lebih berkembang di negara eropa dan negara barat, sehingga banyak yang membentuk karakter kekristenannya 'identik' dengan dunia barat.
Menyelami site-site kristen ortodoks, seperti syrian orthodox, atau coptic, membawa kesegaran tersendiri.
Mengingat gaya hidup orang-orang di timur tengah banyak yang masih mirip dengan jaman Tuhan Yesus sendiri
3 komentar:
Sebagai umat beriman dan berakhlaq baik, cukuplah anda mengingatkan saudara-saudara anda, dan tetap menghargai Al Din orang lain, tidak perlu berfikiran buruk terhadap sesamamu manusia, tidak perlu berkata kambing berbulu ayam, dll, Cerminan orang beriman dinilai dari ucapan dan tindakan. Kami menyebut Allah Bapa bukan berarti kami dilahirkan secara jasmaniah oleh Allah kami, TIDAK! Itu sesat jika anda berpendapat begitu. Kami menyebut Allah Bapa kami, karena kami yang percaya dalam Robbi Yeshua Al Massiah diangkat menjadi anak-anak Allah dalam ruh. Amin. Robbana baarik..
Ada sebuah nasihat dari Rasul Yuhana,"Ada seseorang mengatakan aku mencintai Allah, tapi kenyataannya dia membenci saudaranya, menganggap rendah sesamanya. Rasul Yuhana mengatakan orang seperti ini tidak mencintai Allah. Bagaimana bisa dia mencintai Allah yang tidak dilihatnya sedangkan saudara/sesamanya saja yang dilihatnya dibencinya? Hendaklah kita hidup saling mengasihi, bahkan musuh sekalipun dan jangan mudah menghakimi seturut penghakiman manusia, itulah ajaran luar biasa Robbana Yeshua Al Massiah. Jangan seperti ulama Yahud, sekalipun dia berpuasa 2 kali seminggu, banyak bersedekah, tapi dia tidak dibenarkan oleh Allah karena dia meninggikan diri. Bahkan pemungut cukai yang dianggap berdosa malah dibenarkan Allah karena dia merendahkan diri dihadapan-NYA. Atau pun seorang Samaria yang dianggap Goyim atau Kafiir ternyata malah dibenarkan Allah daripada ahli ulama Yahud dan ahli kitab karena dia menerapkan kasih dan merendahkan diri.
Jadi marilah sesama warga negara Indonesia kita saling menghargai dan menghormati kepercayaan masing-masing, jangan ada diantara kita manusia saling merendahkan, karena Allah tidak akan membenarkan hal itu. Sebab yang kau rendahkan belum tentu lebih buruk daripada dirimu. Selamilah hukum Kasih Allah yang sebenar-benarnya, karena Allah Mahabbah Tuhan itu Kasih. Masalah kaligrafi tak perlu diungkit-ungkit, kalau benar-benar orang islam pasti bisa membedakan, hargailah budaya Timur Tengah baik kaligrafi dalam bahasa Ibrani, Aram, ataupun Arab yang digunakan agama Semitik, sebab memang itu budaya dari sana. Sama halnya di Jawa, lagu jawa (gendhing) dinyanyikan dalam lirik Kristiani dan Islami. Tapi pada dasarnya itu budaya Jawa. Begitu halnya dengan ngaji/tilawat Kitab di Timur Tengah, itu adalah hal yang biasa. Cuma perbedaan Kristiani adalah tak harus budaya Timur Tengah dibawa untuk memberitakan INJIL. Yang penting adalah PESAN INJIL itu sendiri. Robbana baarik..
Posting Komentar